MITOS: Mulai dari sering pakai masker, sampai pengganti skincare, mana yang benar?
FAKTA: Masker wajah sudah lama jadi sahabat setia dalam rutinitas kecantikan. Dari generasi ke generasi, orang percaya bahwa masker bisa jadi jalan pintas menuju kulit yang sehat bercahaya. Tak heran, setiap kali ada tren masker baru—mulai dari clay mask, sheet mask, sampai masker peel-off—peminatnya langsung berbondong-bondong mencoba. Apa saja mitos tentang masker wajah?
Mitos pertama: Semakin sering pakai masker, semakin cepat kulit mulus. Banyak orang percaya kalau kulit akan lebih cepat glowing jika masker dipakai setiap hari. Padahal, faktanya, kulit punya batas toleransi. Masker yang terlalu sering dipakai bisa merusak skin barrier, menyebabkan kulit kering, kemerahan, bahkan jerawat. Dermatolog biasanya menyarankan penggunaan 1–3 kali seminggu, tergantung jenis kulit dan kandungan masker. Jadi, lebih sering bukan berarti lebih cepat hasilnya.
Selain itu, efek masker biasanya hanya bersifat sementara. Misalnya, clay mask bisa langsung membuat kulit terasa segar dan pori-pori lebih bersih, tapi hasil permanen tidak bisa dicapai hanya dengan rutinitas masker saja. Kunci kulit sehat tetap ada pada konsistensi perawatan harian, bukan jumlah masker yang digunakan.
Baca Juga: Apakah Parfum Harus Disemprot ke Seluruh Tubuh?
Mitos kedua: Semua masker cocok untuk semua jenis kulit. Siapa yang tak tergoda dengan iklan masker yang menjanjikan kulit cerah dalam sekejap? Sayangnya, faktanya setiap kulit punya kebutuhan unik. Kulit berminyak memang cocok dengan clay mask yang menyerap sebum berlebih, tapi bagi kulit kering, masker jenis ini justru bisa membuat kulit makin kaku dan bersisik.
Untuk kulit sensitif, salah pilih masker bisa jadi mimpi buruk. Kandungan tertentu seperti parfum atau alkohol bisa memicu iritasi. Karena itu, penting membaca label bahan sebelum membeli. Masker yang populer di media sosial belum tentu ramah untuk kulitmu sendiri.
Mitos ketiga: Masker bisa menggantikan skincare harian. Banyak orang merasa cukup hanya dengan pakai masker seminggu sekali, tanpa repot membersihkan wajah atau memakai pelembap. Faktanya, masker hanya booster tambahan, bukan fondasi utama perawatan kulit. Rutinitas dasar seperti membersihkan wajah, memakai serum, pelembap, dan tabir surya tetap tak tergantikan.
Baca Juga: Benarkah Produk Perawatan Kulit yang Mahal Selalu Lebih Baik?
Masker bekerja layaknya ‘dukungan ekstra’ untuk kulit. Misalnya, sheet mask bisa memberikan hidrasi instan, tapi tanpa pelembap, efek itu akan cepat hilang. Sama halnya dengan masker vitamin C yang mencerahkan, hasilnya akan percuma bila kamu tidak melindungi kulit dari matahari dengan sunscreen.
Jadi, apa yang sebaiknya dilakukan? Pertama, kenali jenis kulitmu sebelum memilih masker. Kedua, gunakan dalam frekuensi yang tepat. Ketiga, jangan malas melakukan skincare harian meski sudah rutin memakai masker. Dengan cara ini, kamu bisa mendapatkan manfaat maksimal tanpa terjebak mitos.
Masker wajah memang bisa jadi momen me-time yang menyenangkan. Duduk santai dengan masker favorit sambil mendengarkan musik atau membaca buku tentu menenangkan hati. Tapi ingat, manfaatnya baru terasa bila digunakan dengan pengetahuan yang benar. Jadi, biarkan masker jadi pelengkap, bukan pengganti. [][Eva Evilia/TBV]