Bandung, Jawa Barat, Indonesia
MythBuster

Benarkah Air yang Tidak Kering di Tubuh Bisa Menyebabkan Panu?

Ditulis oleh Rudi Tenggarawan Dipublikasikan pada 11 December 2025

Benarkah Air yang Tidak Kering di Tubuh Bisa Menyebabkan Panu?

Air mandi yang tidak dikeringkan tidak menyebabkan panu. Panu muncul karena pertumbuhan jamur berlebih dan dapat diatasi dengan produk antijamur yang tepat.

Banyak mitos beredar soal penyebab panu, dan salah satunya adalah air mandi yang tidak dikeringkan. Mana yang benar?

Panu adalah salah satu masalah kulit yang sering menimbulkan rasa khawatir. Banyak orang menghubungkannya dengan kebiasaan tidak mengeringkan tubuh setelah mandi. Mitos ini begitu umum hingga dianggap benar oleh sebagian besar orang. Namun secara medis, panu tidak muncul hanya karena air yang tertinggal di kulit.

Panu disebabkan oleh pertumbuhan berlebih jamur Malassezia yang sebenarnya hidup secara normal di permukaan kulit. Ketika kondisi kulit mendukung proliferasinya—seperti lembap berlebihan, kulit berminyak, atau imunitas kulit menurun—jamur ini dapat berkembang dan memunculkan bercak. Jadi, bukan airnya yang menyebabkan panu, melainkan kondisi kulit yang memungkinkan jamur tumbuh lebih cepat.

Memahami penyebab sebenarnya membantu kita menghindari kekeliruan dalam merawat kulit. Mengandalkan mitos sering membuat penanganan tidak tepat sasaran. Dengan informasi yang lebih akurat, masalah panu dapat ditangani secara efektif dan dicegah agar tidak kambuh.

Apa Penyebab Panu yang Sebenarnya?
Panu muncul ketika jamur Malassezia tumbuh melebihi kadar normal. Jamur ini menyukai lingkungan yang hangat dan lembap, sehingga kondisi kulit berkeringat atau berminyak menjadi pemicu yang kuat. Aktivitas fisik yang tinggi, cuaca panas, atau pakaian yang tidak menyerap keringat juga dapat mendukung pertumbuhannya.

Kondisi lain seperti daya tahan kulit yang menurun, perubahan hormon, atau kulit yang cenderung berminyak juga meningkatkan risiko panu. Pada beberapa orang, kecenderungan ini bisa muncul berulang meskipun kebersihan tubuh sudah terjaga dengan baik.

Walau air yang tidak dikeringkan bukan penyebab langsung panu, tubuh yang terus-menerus lembap dapat menciptakan lingkungan ideal bagi jamur. Hal inilah yang sering membuat mitos tersebut tampak masuk akal. Namun, penyebab utamanya tetap adalah pertumbuhan jamur yang berlebih.
Cara Mengatasi dan Mencegah Panu
Untuk menghilangkan panu, produk antijamur menjadi langkah utama. Sabun, krim, atau lotion yang mengandung ketoconazole, clotrimazole, atau selenium sulfide dapat membantu menghambat pertumbuhan jamur. Penggunaan rutin sesuai petunjuk membantu bercak memudar secara bertahap.

Selain obat luar, menjaga kebersihan kulit menjadi langkah penting. Mandi setelah beraktivitas berat, mengeringkan tubuh dengan benar, dan menggunakan pakaian yang menyerap keringat membantu menciptakan lingkungan yang tidak disukai jamur. Langkah sederhana ini mengurangi kemungkinan panu berkembang kembali.

Untuk mencegah kambuh, penggunaan produk antijamur secara berkala dapat dipertimbangkan, terutama bagi mereka yang mudah berkeringat atau tinggal di daerah beriklim lembap. Menghindari penggunaan produk kulit yang terlalu berminyak juga membantu menjaga keseimbangan kulit.

Dengan mengenali penyebab yang sebenarnya, panu dapat ditangani dengan lebih efektif. Menghindari mitos membantu kita fokus pada langkah perawatan yang terbukti secara ilmiah dan mendukung kesehatan kulit dalam jangka panjang. [][Rudi Tenggarawan/TBV]

penulisan artikel ini dibantu AI dan telah melewati proses kurasi Redaksi

Artikel Terkait

Benarkah Semua Sinar Matahari Buruk untuk Kulit?
MythBuster

14 Oct 2025

Benarkah Semua Sinar Matahari Buruk untuk Kulit?

MITOS: Semua sinar matahari buruk untuk kulit. FAKTA: Sinar matahari sering dianggap sebagai musuh kulit. Banyak orang menghindari paparan sinar matahari karena takut kulit terbakar, kusam, atau terkena kanker kulit. Namun, benarkah semua sinar matahari buruk untuk kulit? Mari kita bahas faktanya. Banyak orang merasa khawatir terkena paparan sinar matahari karena percaya mitos. Mereka menganggap sinar matahari sepenuhnya buruk untuk kulit. Mitos ini sering kali membuat orang menghindari aktivitas di luar ruangan atau menggunakan produk pelindung secara berlebihan. Padahal, sinar matahari sebenarnya memiliki manfaat penting bagi kesehatan, seperti membantu tubuh memproduksi vitamin D yang diperlukan untuk kekuatan tulang dan sistem imun. Ketakutan berlebihan terhadap sinar matahari justru dapat menimbulkan risiko kesehatan lain, seperti defisiensi vitamin D. Namun, penting untuk diingat bahwa paparan sinar matahari yang berlebihan, terutama pada jam-jam tertentu, memang dapat membahayakan kulit. Sinar ultraviolet [UV] yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan kulit, seperti sunburn, penuaan dini, bahkan meningkatkan risiko kanker kulit. Oleh karena itu, kunci utama adalah menjaga keseimbangan. Dengan memahami cara memproteksi kulit secara tepat, seperti menggunakan tabir surya, menghindari paparan langsung pada pukul 10 pagi hingga 4 sore, dan mengenakan pakaian pelindung, kita dapat menikmati manfaat sinar matahari tanpa harus takut akan dampak negatifnya. 1. Sinar Matahari Punya Dua Sisi ilustrasi sinar matahari - Beautyversity | canva.com Sinar matahari terdiri dari sinar UVA dan UVB. UVA menyebabkan penuaan dini, sedangkan UVB bisa menyebabkan kulit terbakar. Namun, sinar matahari juga memiliki manfaat. 2. Sinar Matahari Pagi Baik untuk Kulit Sinar matahari pagi [sebelum jam 10] mengandung vitamin D. Vitamin D penting untuk kesehatan tulang, sistem imun, dan kulit. Paparan singkat 10-15 menit sudah cukup. 3. Tabir Surya Tetap Dibutuhkan Meski sinar matahari pagi bermanfaat, tabir surya tetap penting. Gunakan SPF 30 atau lebih untuk melindungi kulit dari efek buruk UVA dan UVB. Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Penggunaan Bahan Berbahaya di Kosmetik? 4. Sinar Matahari Berlebihan Berbahaya ilustrasi sinar matahari - Beautyversity | canva.com Paparan sinar matahari berlebihan, terutama siang hari, bisa merusak kulit. Ini menyebabkan kulit terbakar, penuaan dini, dan meningkatkan risiko kanker kulit. 5. Manfaat Sinar Matahari untuk Mood Sinar matahari membantu tubuh memproduksi serotonin, hormon yang meningkatkan mood. Ini baik untuk kesehatan mental. 6. Kulit Gelap Juga Perlu Perlindungan Meski kulit gelap memiliki melanin lebih banyak, tetap perlu tabir surya. Melanin tidak sepenuhnya melindungi dari kerusakan kulit. 7. Jangan Takut Sinar Matahari Tidak perlu menghindari sinar matahari sepenuhnya. Yang penting adalah mengatur paparan dan selalu menggunakan perlindungan. Memang, sinar matahari mengandung potensi berbahaya, tetapi, tak semua sinar matahari buruk untuk kulit. Sinar matahari pagi memiliki manfaat, terutama untuk produksi vitamin D. Namun, paparan berlebihan tanpa perlindungan bisa berbahaya. Gunakan tabir surya dan nikmati sinar matahari dengan bijak. Kulit sehat, tubuh pun bahagia! [][Vikalena Lasmoskwa/TBV] *penulisan artikel ini dibantu riset DeepSeek-R1

Benarkah Minyak Kemiri Cukup untuk Menangkal Rambut Rontok?
MythBuster

06 Dec 2025

Benarkah Minyak Kemiri Cukup untuk Menangkal Rambut Rontok?

Minyak kemiri bermanfaat melembapkan rambut, tetapi tidak cukup menghentikan kerontokan yang disebabkan hormon, genetik, atau masalah kulit kepala.

Sunscreen Racun? Yuk Kita Bedah Faktanya!
MythBuster

02 Dec 2025

Sunscreen Racun? Yuk Kita Bedah Faktanya!

Mitos sunscreen beracun tidak memiliki dasar ilmiah. Sunscreen aman digunakan dan penting untuk mencegah kerusakan kulit akibat sinar UV.

Mengenal Kolagen dan Cara Kerjanya untuk Kulit
BahanAktif

04 Dec 2025

Mengenal Kolagen dan Cara Kerjanya untuk Kulit

Kolagen adalah protein penting penopang kulit. Dengan bahan seperti vitamin C, retinoid, dan peptida, produksi kolagen alami dapat dioptimalkan kembali.