Awas, Pemakaian Kuku Akrlilik Berisiko kepada Kesehatan!

[ilustrasi perawatan kuku | foto: unsplash.com/Giorgio Trovato]

Perlu diakui bahwa kuku palsu dari akrilik membuat tangan kita tampak lebih menawan. Dengan penggunaannya yang terbilang cukup mudah, kuku pun menjadi cantik dalam waktu singkat. Namun di balik kecantikannya, pemakaian akrilik memiliki risiko terhadap kesehatan kuku! Bagaimana mengatasinya?

 

Sebelum Anda mengalami efek negatifnya, ketahui risiko dari penggunaan kuku akrilik dan cara mencegahnya. Mari disimak penjelasan ini.

 

Risiko dari Penggunaan Kuku Akrilik

Bertolak belakang dengan keindahan yang ditampilkannya, kuku akrilik memiliki risiko yang patut diwaspadai penggunanya. Berikut beberapa risiko dari penggunaan kuku akrilik:

 

  • Infeksi Jamur

Saat menggunakan kuku akrilik, kuman dan jamur sangat memungkinkan untuk masuk ke dalam celah kuku jika tidak dipasang dengan benar. Dilansir dari Healthline.com, sebuah studi menemukan bahwa 67 dari 68 wanita yang mengalami permasalahan setelah melepas kuku akrilik, mengalami infeksi jamur.

 

Infeksi ini ditandai munculnya bintik putih atau kuning di kuku. Jika terus dibiarkan, dapat terjadi perubahan pada warna kuku menjadi kuning. Tidak hanya itu, kuku juga dapat berubah bentuk, mengeluarkan bau busuk, dan teksturnya menjadi rapuh. Hal tersebut dijelaskan dermatolog Michelle Green, MD kepada Byrdie.com.

 

  • Dehidrasi

Tidak hanya kulit, kuku juga dapat mengalami dehidrasi, lho, Beauties! Dehidrasi tersebut disebabkan paparan dari bahan kimia di kuku akrilik yang kemudian menjadi pemicu menguningnya warna kuku. Bahkan, bahan kimia seperti resin dan formaldehyde yang biasanya terkandung dalam akrilik dapat menyebabkan dermatitis bagi sebagian orang. Parahnya lagi, formaldehyde memiliki potensi menyebabkan penyakit kanker.

 

  • Alergi

Sama seperti menentukan kandungan makeup dan skincare, tidak semua orang cocok dengan kandungan di kuku akrilik. Bahan di kuku akrilik atau larutan pembersihnya bisa menjadi pemicu alergi bagi sebagian orang. Reaksi alergi dapat ditandai dengan munculnya kemerahan, nanah, atau bengkak di sekitar kuku. Reaksi juga bisa saja mempengaruhi mata jika Anda menyentuh mata menggunakan jari yang ditempeli kuku akrilik.

 

  • Kuku menjadi lemah

Saat proses memasangkan kuku palsu, sebagian orang memilih untuk mengikir permukaan kuku asli terlebih dahulu. Hal ini dapat mempertipis kuku dan membuat kuku lemah jika terus dilakukan. Kemudian pada proses penghapusan kuku akrilik, biasanya kuku akan direndam dalam cairan aseton selama 10-15 menit. Aseton memiliki kandungan yang membuat kuku menjadi kering karena menghilangkan minyak alami. Dengan begitu kuku menjadi rapuh dan lemah.

 

Baca Juga: Cat Kuku, Nail Art, dan Cara Merawatnya

https://beautyversity.id/cat-kuku-nail-art-dan-cara-merawatnya

 

Bagaimana Cara Mencegahnya?

Jika Anda tetap tertarik untuk menggunakan kuku akrilik, perhatikan hal berikut untuk mengatasi serta mencegah dampak negatif terjadi:

 

  • Pilih salon yang terpercaya

Pastikan Anda memasang kuku akrilik di salon yang bersih dan higienis dengan ahli profesional. Jika pemasangan kuku dilakukan dengan alat yang tidak higienis, bukan tidak mungkin kuman serta jamur akan tinggal di kuku Anda.

 

  • Gunakan pelembap kuku

Setelah kuku akrilik dilepas, jangan lupa untuk mengoleskan pelembap di kuku asli Anda agar tetap terhidrasi. Lalu jika ternyata Anda mengalami infeksi jamur, gunakan semprotan atau obat oles anti jamur. Anda juga bisa menggunakan bahan alami seperti tea tree oil dan oregano oil.

 

  • Batasi pemakaian kuku akrilik

Biarkan kuku asli Anda bernapas dengan membatasi pemakaian kuku akrilik. Sebaiknya, beri jeda selama 2-3 bulan untuk menggunakan kuku akrilik selanjutnya. Terlebih lagi jika kuku terkena infeksi jamur. Selama tidak menggunakan kuku akrilik, rawatlah kuku menggunakan produk perawatan. [][Sufiana Rachman/TBV]

 

Sumber:

Byrdie.com. [2022]. “Yellow Nails After Acrylic: Causes and Treatments

Healthline.com [2021]. “What Causes a Fungus to Grow Under Acrylic Nails, and How Do You Treat It?

Anda belum dapat berkomentar. Harap Login terlebih dahulu

Komentar

  • Belum ada komentar !