Puasa adalah praktik spiritual dan religius yang telah dilakukan umat manusia selama berabad-abad. Selain itu, puasa juga dikenal sebagai cara untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh. Apa saja manfaatnya?
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa puasa memiliki manfaat kesehatan yang signifikan, mulai dari menurunkan berat badan hingga meningkatkan fungsi otak.
Salah satu manfaat utama dari puasa adalah penurunan berat badan [1]. Ketika Anda berpuasa, tubuh Anda tidak menerima asupan makanan selama periode waktu tertentu, yang dapat membantu mengurangi asupan kalori dan mengurangi berat badan. Selain itu, puasa juga dapat meningkatkan produksi hormon [2] yang membantu mengatur nafsu makan dan metabolisme, seperti hormon ghrelin dan insulin.
Selain menurunkan berat badan, puasa juga dapat meningkatkan kesehatan jantung [3]. Penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah, yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung. Selain itu, puasa juga dapat meningkatkan sensitivitas insulin, yang dapat membantu mencegah diabetes tipe 2 [4].
Puasa juga dapat membantu meningkatkan fungsi otak [5]. Beberapa studi menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk beradaptasi dan belajar. Selain itu, puasa juga dapat meningkatkan produksi hormon yang membantu meningkatkan konsentrasi, seperti hormon BDNF [brain-derived neurotrophic factor].
Tidak hanya itu, Beauties. Puasa juga dapat meningkatkan kesehatan sel [6] dan melindungi tubuh dari penyakit kronis [7]. Ketika tubuh berpuasa, proses autophagy atau pemulihan seluler terjadi. Sel-sel tua dan rusak dihancurkan dan diganti dengan sel-sel baru yang sehat. Ini dapat membantu melindungi tubuh dari penyakit seperti kanker dan Alzheimer.
Puasa sebagai Jalan Detoksifikasi
Walau puasa sudah dilakukan selama berabad-abad, tetapi baru-baru ini semakin populer sebagai cara untuk membersihkan tubuh dari racun [8] dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Meskipun puasa dapat memberikan manfaat kesehatan, tetapi perlu dipahami dengan baik mengenai risiko dan manfaatnya serta konsultasi dengan dokter atau profesional medis sebelum memulai.
Pertama-tama, mari kita bahas apa itu detoksifikasi tubuh. Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun atau zat berbahaya dari dalam tubuh. Racun ini dapat berasal dari makanan, lingkungan, atau bahkan proses metabolisme normal tubuh. Proses detoksifikasi alami biasanya terjadi dalam hati, ginjal, dan sistem limfatik. Namun, beberapa orang berpikir bahwa detoksifikasi dapat ditingkatkan dengan berpuasa.
Baca Juga: Tetap Fit Selama Bulan Puasa
Berpuasa berarti menahan diri dari makanan atau minuman selama periode waktu tertentu. Ini dapat dilakukan untuk berbagai alasan, termasuk tujuan agama, kesehatan, atau bahkan penurunan berat badan. Saat berpuasa, tubuh Anda tidak menerima asupan makanan, dan karena itu harus memecah cadangan gula dalam hati, yang disebut glikogen, menjadi glukosa untuk memenuhi kebutuhan energi. Setelah cadangan glikogen habis, tubuh mulai memecah lemak dan protein untuk menghasilkan energi.
Beberapa orang berpikir bahwa dengan berpuasa, tubuh dapat membersihkan dirinya dari racun dan zat berbahaya. Namun, penelitian tentang efektivitas detoksifikasi tubuh lewat puasa masih terbatas dan kontroversial. Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa tubuh secara alami memiliki mekanisme untuk membersihkan dirinya dari racun, dan tidak ada bukti yang kuat bahwa berpuasa secara signifikan meningkatkan kemampuan tubuh untuk detoksifikasi.
Jika Anda ingin mencoba detoksifikasi tubuh lewat puasa, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis terlebih dahulu. Mereka dapat membantu Anda menentukan jenis puasa yang tepat untuk tujuan Anda dan memastikan bahwa tidak ada risiko kesehatan yang serius. Selain itu, mereka dapat membantu Anda merencanakan makanan dan minuman yang tepat untuk dikonsumsi selama periode puasa untuk memastikan bahwa tubuh Anda tetap terhidrasi dan memperoleh nutrisi yang dibutuhkan.
Namun, perlu diingat bahwa puasa tidak selalu aman untuk semua orang. Orang yang memiliki riwayat penyakit tertentu atau sedang hamil atau menyusui sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis sebelum memulai puasa. Selain itu, penting untuk memilih jenis puasa yang tepat dan memastikan bahwa tubuh tetap terhidrasi dan memperoleh nutrisi yang dibutuhkan selama periode puasa. Selamat berpuasa, Beauties. [][Rommy Rimbarawa/TBV]
Sumber:
1. Cheng, C. W., Adams, G. B., Perin, L., Wei, M., Zhou, X., Lam, B. S., Da Sacco, S., Mirisola, M., Quinn, D. I., Dorff, T. B., Kopchick, J. J., Longo, V. D., & Crystal, R. G. [2014]. Prolonged Fasting Reduces IGF-1/PKA to Promote Hematopoietic-Stem-Cell-Based Regeneration and Reverse Immunosuppression.
2. Horne, B. D., & Muhlestein, J. B. [2015]. Intermittent fasting in cardiovascular disease: an overview. American Journal of Lifestyle Medicine
3. Mattson, M. P., Longo, V. D., & Harvie, M. [2017]. Impact of intermittent fasting on health and disease processes. Ageing Research Reviews
4. Anton, S. D., Moehl, K., Donahoo, W. T., Marosi, K., Lee, S. A., Mainous, A. G., Leeuwenburgh, C., & Mattson, M. P. [2018]. Flipping the Metabolic Switch: Understanding and Applying the Health Benefits of Fasting. Obesity
5. Patterson, R. E., Sears, D. D., & Kerr, J. [2018]. Effects of Intermittent Fasting on Health, Aging, and Disease. New England Journal of Medicine
6. Varady, K. A. [2018]. Intermittent versus daily calorie restriction: which diet regimen is more effective for weight loss? Obesity Reviews
7. Li, Y., Nie, Y., & Zhang, J. [2019]. The Effects of Intermittent Fasting on Human and Animal Health. Frontiers in Nutrition
*penulisan artikel ini dibantu ChatGPT
Komentar
Belum ada komentar !