Seminar Pelembab Inovatif untuk Memutus Lingkaran Peradangan Kulit Kering

[Helichrysum stoechas | foto: formulez-vous.com]

Catatan Redaksi: Masih dari gelaran Indonesia Cosmetics Ingredients [ICI] 2022 yang dihelat di JIExpo Kemayoran Jakarta 25-27 Oktober lalu, ada sejumlah materi seminar yang menarik disimak. Kami akan menurunkannya dalam sejumlah artikel berikut ini.

 

Di hari pertama ICI 2022, setelah seminar yang diampu Prof. Dr. Sven Gohla, kini giliran Ms. Marty Lumain, Asia Pacific Beauty Care Operational Marketing Manager & Senior Business Development Manager Seppic Inc yang membawakan materi tentang pelembab inovatif untuk memutus lingkaran peradangan kulit kering.

 

Kulit kering menjadi perhatian paling penting dalam hal perawatan kulit di seluruh dunia. Fenomena ini terjadi pada individu sehat, sehingga menjadi salah satu target industri kosmetik. Namun, pengobatan kulit kering juga menjadi tantangan para ahli dermatologis untuk mengatasi permasalahan seperti misalnya dermatitis atopik dan kulit rawan psoriasis. Dalam kehidupan sehari-hari, kulit kering bisa dilihat dari keadaan kulit yang gatal, kurang elastisitas, microrelief bersisik, dan ketidaknyamanan secara keseluruhan.

 

Baca Juga: Seminar Alternatif dan Sinergi Retinol Cerdas di ICI 2022

 

Kulit kering disebabkan faktor genetik dan parameter lingkungan yang berkontribusi besar [paparan sinar matahari, panas/dingin, rutinitas pembersihan yang tidak tepat, dll] dan dapat meningkatkan kondisi tersebut. Dari segi biologi, dapat dikorelasikan dengan beberapa penyebab seperti gangguan produksi lipid [kehilangan impermeabilitas], kekurangan air di lapisan paling atas kulit [dehidrasi], proliferasi berlebihan keratinosit dalam kompartemen epidermis dan gangguan pada stratum korneum.

 

Ms. Marty Lumain memperkenalkan Hydrachrysum [INCI: Aqua/Water – Glycerin – Helichrysum stoechas Callus Culture Lysate] yang merupakan bahan alami baru untuk kulit kering. Bio-inspired dari Helichrysum stoechas, tanaman pesisir yang mampu bertahan hidup dengan beradaptasi di ekosistem yang gersang. Hydrachrysum dikembangkan menggunakan bioteknologi celtosome, sehingga mampu memberikan kekayaan molekul unik yang terdiri dari molekul hidrofilik dan lipofilik yang berasal dari sel tumbuhan yang terdiferensiasi dan spesifik.

 

Studi Ms. Marty Lumain dan timnya telah menunjukkan bahwa kemampuan Hydrachrysum pada kondisi kulit kering adalah untuk meningkatkan penanda pelembap baru dari hidrasi, kekosongan dalam kulit akibat dehidrasi, dan untuk memutus lingkaran peradangan di kulit kering. [][Shinta Larasati Supadi/TBV]

Anda belum dapat berkomentar. Harap Login terlebih dahulu

Komentar

  • Belum ada komentar !